foto-foto “Ngonthel Ing Solo Gayeng 2012″ [02]
October 2, 2012acara 36 tahun Taman Jurug
January 23, 201222 Januari 2012
acara bersepeda dalam rangka 36 tahun Taman Jurug, menembus Solo Car Free Day sepanjang Jalan Ir Juanda, Tambak segaran, dan tentu koridor utama Slamet Ryadi yang juga sedang berjalan Solo Car Free Day.
Sesampai di taman Jurug, seluruh peserta menikmati sajian panggung hiburan yang akrab dengan masyarakat Solo, band dagelan Pecas Ndahe, serta atraksi akrobat binatang koleksi Taman Jurug, di bawah rindang pepohonan yang berusia puluhan tahun.
Taman Satwa Taru Jurug yang berada di gerbang kota Surakarta di tepi Sungai Bengawan Solo yang dikenal di penjuru dunia dari lantunan lagu keroncong karya sang Maestro Mbah Gesang. Menjadi salah satu potensi andalan kota Surakarta untuk pariwisata.
Selamat Ulang Tahun ke-36 Taman Jurug.
Tampil Klasik Dengan Sepeda Plato
June 4, 2011Jakarta sudah semakin ramah terhadap para pengendara sepeda. Di beberapa bagian kota bahkan sudah disediakan jalur khusus sepeda, yang telah jadi salah satu pilihan kendaraan sebagian orang.
Beberapa tahun terakhir, sepeda fixie (singkatan dari fixed-gear bicycle) menjadi pilihan sepeda yang paling populer. Namun kini sepeda plato juga bisa menjadi pilihan unik. Seperti apakah bentuk sepeda plato yang dikenal juga dengan “Dutch Bike” ini?
Sepeda plato sekilas tampak seperti sepeda ontel namun dengan rangka yang lebih ringan serta ukuran diameter ban lebih kecil. Jika biasanya sepeda ontel memiliki ban berdiameter 28 inci, sepeda plato memilki ban dengan diameter 26-27 inci.
Sepeda plato cocok bagi Anda yang menyukai tampilan klasik. Bagi wanita, sepeda ini juga terkesan lebih girly— apalagi dengan tambahan keranjang di bagian depannya.
Kini banyak bengkel sepeda yang menyediakan jasa merakit sepeda plato. Anda bisa memilih kombinasi warna, ban dan aksesori yang disukai. Salah satu bengkel sepeda sepeda yang menyediakan jasa merakit sepeda adalah Bamboo Bike yang terletak di Jl. Bambu Apus Raya No. 33 Jakarta Timur.
Yuk gowes!
source:
hari tari dunia @ [SOLO] 29 april 2011
May 4, 2011TARI TA RI T A R I TA RI TARI ta·ri (n) gerakan badan (tangan dsb) yg berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dsb) ber·ta·ri (v) menari; me·na·ri (v) memainkan tari (menggerak-gerakkan badan dsb dng berirama dan sering diiringi dng bunyi-bunyian): kami ~ di lapangan bila ada pesta rakyat; ta·ri-me·na·ri (n) hal mengenai menari; me·na·ri·kan (v) membawakan tarian (menari dng suatu gaya): mereka mampu ~ tarian itu dng baik meskipun hanya berlatih beberapa saat; ta·ri·an (n) jenis tari; gaya tari; ta·ri-ta·ri·an (n) bermacam-macam tari: ia menggemari musik, lagu, dan ~; pe·na·ri (n) orang yg (pekerjaannya) menari; anak tari source: http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
Grebeg Sudiro 2010, Sudiroprajan Solo
February 14, 2010Grebeg Sudiro adalah event di Kampung Sudiroprajan, di mana Pasar Gede sebagai salah satu simbol heritage kota Solo berada. Akan tetapi event ini bisa dikatakan merupakan event kota Solo yang memang diadakan pada tiap tahunnya.
Seorang tokoh masyarakat Kampung Sudiroprajan, Sri Harjo, mengatakan, Bok Teko telah menjadi ikon kampung itu. Masyarakat kampung itu, katanya, sejak relatif lama mewujudkan pembauran antara warga pribumi, Jawa, dengan keturunan Tionghoa.
“Ada mitos bahwa di Kampung Mijen, Kelurahan Sudiroprajan, tutup teko pemberian Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Pakoe Buwono X, jatuh di jembatan sungai kecil yang melintas kawasan tersebut. Tetapi saat dicari tidak ditemukan. Selanjutnya jembatan itu dinamakan Bok Teko. Hingga saat ini masih ada beberapa warga yang sering berdoa di tempat itu,” katanya. (MI)
Tidak mengherankan jika dalam acara ini menyajikan kebudayaan dengan latar belakang yang beragam karena mengingat kampung Balong yang merupakan salah satu kampung pecinan di Surakarta, dan juga Pasar Gede yang merupakan salah satu simbol keberadaan kerajaan Surakarta Hadiningrat. Senada dengan tema yang diusung dalam acara tersebut, “Kebhinekaan dalam Kebersamaan”
Pada acara Grebeg Sudiro ini beragam acara yang digelar selama kurang lebih satu minggu yang puncak acaranya pada hari Minggu, 7 Februari 2010 dengan mengarak gunungan 4000 kue keranjang, barongsai, liong, reog, kesenian lima gunung, pawang geni, kirab lampion. Dan tentunya iringan Sepeda Lawas Solo sebagai “cucuk lampah”. Acara kirab sendiri diawali dengan berkumpul pada pukul 14.00 di sepanjang Jalan Kapten Mulyadi, bendera start dikibarkan Wakil Walikota Surakarta di depan Pasar Gede. Selanjutnya iringan kirab menyusuri jl. Sudirman – jl. Mayor Sunaryo – jl. kapten Mulyadi – jl. R.E. Martadinata – jl. Cut Nyak Dien – jl. Ir. Juanda – jl. Urip Sumoharjo – kembali di depan Pasar Gede.