From Solo with Sepeda Onthel

May 30, 2009

oleh : Cisilia Perwita Setyorini pada 30-01-2009

Melawan pemanasan global dengan sepeda onthel! Itulah salah satu niat mulia komunitas Sepeda Onthel Lawas Solo (SOLO), sebuah komunitas pencinta sepeda tua yang didirikan Agustus tahun lalu.
Bergabung dalam komunitas tersebut sedikit banyak memang bisa mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Apalagi jika ngonthel dijadikan kebiasaan sehari-hari, implikasinya cukup berarti dalam mengurangi suhu panas bumi.
Dalam rangka menyambut kunjungan Paguyuban Onthel Djokdja (Podjok) dan untuk mengakrabkan antaranggota, komunitas SOLO pada Sabtu-Minggu (24-25/1) lalu menggelar acara berkeliling Kota Solo dengan tak lupa berwisata kuliner.
Sekitar 150 komunitas pencinta sepeda kuno ngonthel menuju Kompleks Manahan menikmati sarapan sederhana dengan alunan musik siteran. Kemudian ke Taman Balekambang  Menikmati taman yang asri sembari memanggil menjangan di taman dengan sebutan Gazelle.

Perjalanan dilanjutkan ke Taman kota Monumen 45 Banjarsari yang semula adalah Villa Park Belanda yang terletak di dekat Stasiun Balapan Solo, Pasar Legi, Mangkunegaran, Kestalan dan Stabelan. Tempat yang sangat erat kaitan dalam perjalanan sejarah di Kota Bengawan.

Dari sekian onthelis (pengguna sepeda onthel) ada satu yang menjadi perhatian lantaran memodifikasi sepedanya dengan berbagai pernak-pernik yang kental dengan nilai tradisi. Dia bernama Ngamin asal Madiun. Di sepedanya tergantung beberapa klunthung sapi dan juga bel dor yang biasa ada pada dokar. “Sepeda saya modifikasi supaya kental dengan nilai etnik tradisinya,“ ucap Ngamin yang ngonthel dari Madiun sampai Solo selama 12 jam.

Sementara itu, Dian ABS, Ketua SOLO mengatakan tujuan dari dibentuknya komunitas ini salah satunya adalah untuk menyikapi global warming. “Juga untuk mengampanyekan sepeda di masyarakat, menikmati romantisme klangenan masa lalu.”

Dian menambahkan untuk menjadi anggota komunitas ini cukup mudah tidak harus memiliki sepeda onthel tetapi harus suka dengan sepeda onthel dan concern dengan budaya.

Sementara itu salah satu anggota SOLO menuturkan keinginannya masuk dalam komunitas ini lantaran kecintaannya pada sepeda onthel lawas. “Dari dulu memang suka dengan sepeda kebo. Karena nyaman, santai dan tidak terlalu cepat dan juga lebih bersahabat dengan lingkungan.” (Cisilia Perwita Setyorini)

 

 

sumber:

http://harianjoglosemar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=32893

berita terkait:

http://podjok.com/index.php/2009/01/26/liputan-podjok-wisata-onthel-solo-2009/